Pemimpin yang Mencintai dan Dicintai Rakyat
Daftar Isi
PESTA demokrasi Pemilukada (Pemilihan Kepala Daerah) serentak pada 27 November 2024 sudah terlaksana. Dalam proses penghitungan suara untuk memastikan calon pemimpin kepala daerah, Gubenur-Wagub, Walikota-Wawali dan Bupati-Wabup, pasti ada yang bersyukur karena pilihannya berhasil memenangkan konstalasi politik untuk merengkuh jabatan periode 2024-2029.
Apapun pilihanmu tentu menjadi penentu lima tahun ke depan, roda pemerintahan. Jika kamu seorang pegawai negeri atau Aparat Sipil Negara (ASN), bukan hanya dibutuhkan netralitas, tapi sebuah komitmen untuk menjatuhkan pilihan kepada pemimpin yang peduli terhadap kepentingan masyarakat. Dalam bahasa kekinian, sebaik-baik pemimpin adalah yang mempunyai kepedulian, kepekaan, dan memberikan kemanfaatan kepada umat.
Lantas sosok pemimpin seperti yang engkau dambakan? Dalam kacamata normatif, tentu figur Rasulullah SAW merupakan pemimpin yang ideal. Bukan hanya kejujuran (Siddiq), namun memberikan rasa nyaman, amanah (dapat dipercaya), cerdas (fathonah), dan memiliki jiwa merakyat dalam berucap, bertindak, dan memutuskan (tablik) untuk dicontoh yang baik (uswatun hasanah).
Tentu sangat sulit menemui profil sempurna. Setidaknya, ada takaran, kompetensi, dan sertifikasi dalam menapak sebagai pemimpin yang memiliki bekal, baik karena panggilan jiwa atau melalui tempaan hidup, sehingga mempunyai empati dan peduli wong cilik.
Mengapa pemimpin harus jujur? Tentu tidak lepas dari proses diri untuk menuju gerbang kekuasaan sebagai penguasa. Bila jalur yang ditempuh merupakan tuntutan dan panggilan rakyat, tentu kesulitan apapun yang akan dilalui mendapatkan pertolongan, maunah, dan petunjuk dari Allah SWT. Sebaliknya, jika untuk meraih kekuasaan dengan merebut dan melalui suap, sogok, pelicin, dan cara-cara kotor, tentu nafsu, kerakusan, ketamakan, serta jauh dari pertolongan Sang Khalik. Semua tidak lepas dari sebab akibat.
Sekali lagi, kejujuran merupakan kunci menuju kepercayaan (amanah). Bila pemimpin berbuat curang, tentu sangat dilaknat. Bahkan, Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah seorang hamba yang diserahi Allah untuk memimpin rakyat, lalu ia meninggal dunia dalam keadaan curang terhadap rakyatnya, kecuali Allah mengharamkannya masuk surge.” (HR Imam Al-Bukhari). Maka, dalam jangka waktu kepemimpinan akan terlihat ketamakan, kerakusan, otoriter, atau sebaliknya.
Pondasi kejujuran, amanah, dan memiliki tanggung jawab atas apa yang dipimpinya sebagai landasan untuk memperkuat bangunan perencanaan mewujudkan kesejahteraan, kemakmuran, dan masyarakat hidup dalam kedamaian dan ketentraman.
Dari sinilah, seorang pemimpin dituntut cerdas dan ahli terhadap kepemimpinannnya. Bagaimana menata kewarganegaraan, provinsi, kabupaten/ kota, diperlukan sinergi untuk mewujudkan kestabilan di berbagai bidang, keamanan, ekonomi, politik, pendidikan, kesehatan, pertanian, perindustrian, perikanan dan perencanaan pembangunan yang multi.
Berkaitan sosok pemimpin yang menjadi idaman, baginda Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baik pemimpin kalian adalah orang-orang yang kalian cintai dan mencintai kalian. Kalian mendoakan mereka, dan mereka pun mendoakan kalian. Dan, seburuk-buruk pemimpin kalian, adalah orang-orang yang kalian benci dan membenci kalian, kalian melaknat mereka dan mereka melaknat kalian. (HR Imam Muslim).
Maka, beruntunglah jika anda adalah sosok pemimpin yang menjadi idaman rakyat. Sebaliknya, jika kalian menjadi pemimpin karena ambisius, balas dendam, dan ingin menjatuhkan pihak yang dianggap musuh, seyogyanya tunggu malah petaka pasti akan menjemputmu. Wallahu alam bish-showab. (*)
Posting Komentar