Cerpen yang berjudul “Kakak Kelas”

Kakak Kelas

Dinda sedang bersiap-siap berangkat ke sekolah. Terdengar teriakan kakak kelas memanggilnya dari lantai bawah rumahnya.

“Dinda… kamu jadi pergi ke sekolah tidak? Pak Surya dan kakak kelas kamu sudah menunggu tuh!” teriak Mama Dinda.

“Iyaa Maa, sebentar,” jawab Dinda sembari merapikan rambutnya.

Seperti biasa Dinda berangkat ke sekolah bersama sopirnya. Dinda anak yang manja sekali, dia suka berdandan maksimal ketika pergi ke sekolah. Dinda segera turun dari lantai 2 menuju meja makan. Mamanya sudah menyiapkan bekal untuk Dinda bawa ke sekolah. Dinda selalu sarapan menggunakan 2 roti tawar dipadukan dengan selai pandan. Sungguh lezatnya!

“Ma, Pa… Dinda berangkat dulu ya,” ujar Dinda sambil bersalaman dengan Mama Papanya.

Dinda bergegas menuju mobil untuk segera berangkat ke sekolah.

“Nak Dinda, besok tolong bangun lebih pagi ya, jangan telat terus,” nasehat Pak Surya.

“Iya siap pak,ayo pak kita berangkat.”

Dinda sekarang duduk di kelas 2 SMA. Dia memiliki 3 sahabat dekat yang bernama Febi, Dila, dan Andin. Dinda menaruh hati kepada teman sekelasnya yang bernama Farhan.

****

Setelah 20 menit diperjalanan, akhirnya Dinda sampai di sekolahnya. Dinda hampir saja telat. Akibat berdesakan masuk gerbang, Edo tidak sengaja menabrak Dinda dan membuat Dinda terjatuh.

“Aduh..sakit,” ucap Dinda manja. Edo kemudian mendekati Dinda, dan meminta maaf.

“Maaf ya, tadi gue nggak sengaja,” ujar Edo singkat dan pergi meninggalkan Dinda, sebelum Dinda bersiap memarahinya.

Dinda merasa malu sekali diperhatikan dan ditertawakan oleh siswa lain. Dia kumpulkan barang bawaannya yang terjatuh, sialnya bekal makanan Dinda juga turut berserakan dan jatuh ke tanah. “Awas lo ya! ngeselin,” batin Dinda.

Sesampainya di kelas, Dinda curhat kepada 3 temannya.

“Gaes, aku kesal banget, tahu gak sih tadi ada cowok jahat yang mendorong aku sampai aku jatuh. Trus bekal makan siang aku jatuh juga, ih ngeselin banget kan!” curhat Dinda dengan penuh amarah.

“Siapa sih tuh cowok, nyebelin banget,” respon Febi.

“Iya benar!” ucap Dila dan Andin serentak.

“Aku juga tidak tahu namanya siapa, tapi aku masih ingat mukanya yang ngeselin!”

Proses belajar mengajar segera dimulai. Namun Dinda masih saja cemberut, tidak terima dengan perlakuan cowok tersebut.

***
Kring kring bel istirahat sudah berbunyi, Dinda dan teman-temannya pun pergi ke kantin untuk makan bakso.

Kebetulan kelas Edo berdekatan dengan kantin. Dinda melihat Edo dari kejauhan, dan menghampiri Edo dengan penuh kekesalan.

“Kamu harus tanggung jawab, aku gak terima!” maki Dinda.

Teman-teman Edo terkejut mendengar ucapan Dinda, apa maksudnya, terlalu ambigu.

“Tunggu dulu, tenang, maksud kamu apa ya?” tanya Edo

“Eh, tadi pagi kamu itu buat aku jatuh tahu. Aku ditertawakan sama yang lainnya. Trus bekal makan aku jatuh juga, kamu harus tanggung jawab!”

“Ooo masalah itu, kirain apa,” ujar salah satu teman Edo

“Kamu mau aku tanggung jawab gimana?” tanya Edo.

“Gak tahu pokoknya tanggung jawab!”

“Iya! tanggung jawab apa?”

“Gak tahu, mikir sendiri!”

“Dasar cewek ribet, tinggal bilang mau apa, itu aja susah!”

“Kamu tu yang ribet, ngeselin banget, ih, awas ya!”

Dinda semakin kesal dengan Edo, begitu pula Edo sebaliknya.

***

Dinda menunggu sopir untuk menjemputnya. Tiba-tiba Edo datang menghampirinya. Terlihat dari wajah Dinda dia kesal sekali kepada Edo.

“Kamu Dinda anaknya Tante Maya kan?” tanya Edo.

Dinda terkejut, darimana Edo tahu nama Mamanya.

“Iya, emang kenapa?” jawab Dinda kesal.

Edo tidak menjawab pertanyaan Dinda, dan pergi meninggalkan Dinda. Hal ini membuat Dinda semakin marah.

Sepulang sekolah, Dinda langsung rebahan di kasur, dia kesal sekali kepada Edo. Dia pun menghubungi Farhan untuk curhat mengenai permasalahannya dengan Edo.

Keesokan harinya, seperti biasa Dinda sudah rapi dan wangi. Dinda turun menuju meja makan. Betapa terkejutnya Dinda, melihat kotak bekal baru yang berisi roti tawar, dan selai pandan kesukaannya. Semua itu pemberian dari Edo, sebagai bentuk tanggungjawab.

“Dinda, Edo itu anak sahabat Mama. ituloh anak Tante Santi. Dia itu anak yang baik loh Dinda, jangan marah-marah lagi ya, kalian berteman saja,” nasehat Mama.

“Iya Mama,” ujar Dinda.
***

Dinda dan teman-temannya sedang berjalan-jalan di mall. Tak sengaja disana mereka melihat Farhan. Teman-teman Dinda pun menghampiri Farhan untuk meminta penjelasan mengenai hubungannya dengan Dinda. Farhan pun mengatakan kalau dia tidak pernah serius dengan Dinda, dan dia menganggap Dinda hanya sebatas teman saja. Hal ini membuat perasaan Dinda menjadi sedih dan galau.

***
Dinda pulang ke rumah dengan perasaan sedih. Di rumahnya keluarga Edo lagi datang untuk bertamu.

Kemudian Dinda curhat kepada Edo mengenai Farhan yang telah mempermainkan cintanya.
“Tenang Dinda, di dunia ini pasti ada laki-laki yang akan mencintai dan menyayangimu dengan tulus, yang pastinya cowok itu bukan kakak,” canda Edo yang membuat Dinda tertawa dan terhibur

“Mending Dinda belajar lebih rajin, tidak usah pacaran, karena pacaran itu gak ada gunanya. Kak Edo saja gak pacaran, masih baik-baik saja kok. Dengan tidak pacaran, kita bisa lebih fokus sekolah, mendapatkan nilai bagus, bukankan itu lebih bagus?” Nasehat Edo yang menenangkan hati Dinda. Sejak saat itu, Edo dan Dinda semakin dekat. Mereka juga sering belajar, dan bertukar pinggiran. Edo merupakan siswa yang selalu mendapatkan juara kelas, karena memilih fokus belajar daripada pacaran.

***

Dinda sekarang sudah berubah, dia rajin belajar, dan dia berhasil menjadi juara kelas, setelah sekian lama bertahan di rangking 10 besar. Ini berkat dirinya fokus belajar, dan tidak berniat untuk pacaran.

Hal ini membuat Farhan menyesal telah menyia-nyiakan Dinda.

“Dinda, aku mau kita seperti dulu lagi.”
Tentu saja Dinda menolak Farhan, baginya pacaran hanya buang-buang waktu saja. Dia lebih memilih untuk rajin belajar agar cita-citanya dapat tercapai.

Kebetulan Edo sedang berjalan-jalan, dan dia melihat Dinda dan Farhan. Dinda dan Edo bertatapan, dan Edo memalingkan wajahnya. Dinda pun mengejar Edo untuk menjelaskan semuanya.

“Kak Edo, aku gak punya hubungan apa-apa kok sama Farhan. Dia bilang dia menyesal ninggalin aku. Aku gak mau lagi sama dia, ya aku tolak. Aku gak mau pacaran, aku ingin menjadi siswa yang pintar dan berprestasi,” ujar Dinda meyakinkan Edo.

Mendengar itu Edo pun tersenyum lega. Hubungan mereka pun semakin dekat. Setelah mereka tamat kuliah dan memiliki karir yang bagus, mereka memutuskan untuk menikah dan mereka hidup bahagia.

Penulis: Raya ChantikaEditor: Redaksi